Erick Thohir Beri Sinyal Pembangunan Bandara Baru di Bali
5 mins read

Erick Thohir Beri Sinyal Pembangunan Bandara Baru di Bali

Erick Thohir – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengisyaratkan rencana pembangunan bandara baru di Bali pada tahun 2027, sebagai upaya mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang di masa mendatang.

Menurut Erick, pembangunan bandara baru di Pulau Dewata akan menjadi kebutuhan jika jumlah penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai melebihi 32 juta per tahun.

“(Jumlah 32 juta penumpang), masih oke. Habis (lebih dari) 32 juta mikir lagi ya. Ada pemikiran dari Bapak Presiden Pak Prabowo untuk melihat alternatif pengembangan, tapi mungkin di sini (Bandara I Gusti Ngurah Rai) 32 juta masih cukup sampai tahun 2029-2030,” ujar Erick saat meninjau Terminal Domestik di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Kamis (21/11).

Saat ini, kapasitas Bandara Ngurah Rai masih dianggap mencukupi hingga 2029-2030. Namun, Erick menyebut pemerintah tengah mempertimbangkan opsi pengembangan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan pariwisata Bali dan menjaga kenyamanan penumpang di masa depan.

Pembangunan bandara baru ini menjadi salah satu langkah strategis untuk memastikan infrastruktur Bali mampu mengimbangi kebutuhan wisatawan yang terus meningkat, sekaligus memperkuat daya saing sektor pariwisata Indonesia di kancah global.

Erick Thohir: Bandara Baru di Bali Harus Dimulai Pembangunannya pada 2027

Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa keputusan terkait lokasi pembangunan bandara baru di Bali sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat dan daerah. Namun, ia juga menekankan bahwa jika rencana tersebut dijalankan, proyeknya harus segera dimulai pada 2027 untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang di masa mendatang.

“Berarti mungkin keputusan pembangunan kalau ada penambahan airport pun di mana di Bali, terserah pemerintah pusat dan daerah. Kita hanya korporasi, 2027 harus sudah mulai dibangun,” ujar Erick.

Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur tambahan di Bali untuk mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan mobilitas yang semakin meningkat. Hal ini juga mencerminkan peran strategis BUMN dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk memastikan fasilitas transportasi yang memadai dan berkelanjutan.

Erick Thohir: Pembangunan Bandara Baru Harus Dimulai Sebelum Terlambat

Ketika ditanya apakah bandara baru di Bali akan berada di kawasan Bali Utara, Menteri BUMN Erick Thohir mengaku tidak mengetahui hal tersebut, mengingat dirinya bukan pengambil kebijakan langsung. Namun, Erick menekankan pentingnya perencanaan yang matang agar pembangunan bandara baru dapat dimulai tepat waktu.

“Saya tidak tahu, saya bukan pengambil kebijakan. Cuman silakan kalau sudah 32 juta (penumpang di 2029-2030), berarti perlu ada pemikiran 2027 mulai dibangun,” ungkap Erick.

Ia juga mengingatkan agar Indonesia tidak menunda perencanaan hingga kapasitas bandara benar-benar penuh. “Jangan sampai begini, kadang-kadang kita ini di Indonesia, ‘Oh kan masih lama 32 juta.’ Pas 2029-nya baru (berpikir) mulai dibangun, ya telat. Kita harus mulai tarik ke belakang supaya lebih cepat pembangunannya,” jelasnya.

Perkembangan Infrastruktur di Bandara Ngurah Rai

Di sisi lain, Erick mengapresiasi penyelesaian pembangunan area akses menuju terminal domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Proyek ini mencakup pembangunan jembatan penyeberangan orang yang menghubungkan lorong terminal domestik dengan area parkir mobil, memberikan kenyamanan lebih bagi para penumpang.

Pernyataan ini menunjukkan pentingnya perencanaan proaktif dalam pembangunan infrastruktur, terutama untuk mendukung pariwisata di Bali yang terus berkembang pesat.

Erick Thohir: Pentingnya Perencanaan Tepat Waktu untuk Bandara Baru di Bali

Saat ditanya apakah bandara baru yang direncanakan untuk Bali akan berada di wilayah Bali Utara, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki informasi pasti, mengingat hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

“Saya tidak tahu, saya bukan pengambil kebijakan. Cuman silakan kalau sudah 32 juta (penumpang di 2029-2030), berarti perlu ada pemikiran 2027 mulai dibangun,” ungkap Erick.

Ia mengingatkan bahwa kebiasaan menunda perencanaan sering menjadi kendala di Indonesia. “Kadang-kadang kita ini di Indonesia, ‘Oh kan masih lama 32 juta.’ Pas 2029-nya baru (berpikir) mulai dibangun, ya telat. Kita harus mulai tarik ke belakang supaya lebih cepat pembangunannya,” tambahnya.

Peningkatan Infrastruktur Bandara Ngurah Rai

Di sisi lain, Erick mengapresiasi penyelesaian pembangunan infrastruktur di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Salah satu proyek terbaru yang telah rampung adalah jembatan penyeberangan orang, yang menghubungkan lorong terminal domestik dengan area parkir mobil. Fasilitas ini dirancang untuk meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas bagi para penumpang.

Dengan fokus pada perencanaan proaktif dan peningkatan fasilitas, pemerintah berupaya memastikan infrastruktur di Bali tetap mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan penduduk lokal di masa mendatang.

Erick Thohir: Optimalkan Fasilitas Sebelum Membangun Lebih Besar

Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan pentingnya memaksimalkan fasilitas yang sudah ada sebelum berfokus pada pembangunan infrastruktur baru. Ia menyebut pendekatan ini lebih efisien dan mendukung pengelolaan sumber daya secara optimal.

Alhamdulillah, memang konsepnya kan begini, kadang-kadang kita selalu berpikir membangun lebih besar, lebih besar. Padahal kuncinya itu mengoptimalkan yang sudah ada. Itu bukan berarti membangun yang lebih besar, mengoptimalkan,” ujar Erick.

Fokus Efisiensi di Bandara Bali

Erick mengapresiasi langkah efisiensi yang dilakukan di bawah kepemimpinan Faik Fahmi, Direktur Utama Angkasa Pura Indonesia, dan Maya Watono, Plt Direktur Utama InJourney. Ia meminta agar seluruh proyek pembangunan bandara di Indonesia dievaluasi untuk memastikan efisiensi maksimal.

Di Bali, misalnya, Bandara I Gusti Ngurah Rai kini melayani 24 juta penumpang per tahun dengan target meningkat hingga 32 juta penumpang tanpa harus membangun fasilitas baru.

“Pasti solusi awalnya bangun, tidak. Justru mengefisienkan, me-relayout, rekomposisi, memastikan yang perlu yang bisa dimaksimalkan. Ternyata bisa naik sampai 32 juta (penumpang),” jelasnya.

Pendekatan ini mencerminkan strategi pemerintah untuk memanfaatkan infrastruktur yang ada secara optimal sebelum memulai proyek pembangunan baru, sehingga lebih hemat biaya dan waktu.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *